Semoga ini dibaca mbak LIVI ZHENG. Kalau saya gak diblock di Fesbuk dan IG pasti sudah saya mention dia…
Jadi gini, to the point aja ya. Sebetulnya Livi Zheng itu hanya mendompleng nama besar NU demi untuk urusan popularitas dia. Mirip2 ketika dia bikin “Bali Beat Paradise, The Indonesia Gamelan”. Dari judul aja kita akan berpikir ini pasti film tentang Bali dan Gamelan, membawa harum nama bangsa di dunia internasional khususnya Gamelan Bali, tapi setelah nonton.. gubrakk!! Ternyata dokumenter aliran gaya baru. Yaitu aliran Narsistik Documentary. Nah dari sini udah paham kan?. Kalau sudah paham. Saya akan lanjut.
Di dunia nyata dan dunia maya, Banyak orang beranggapan bahwa ide untuk membuat film “The Santri” itu berasal dari PBNU dengan menggaet Livi Zheng. Padahal ha mbok aku yakin itu inisiatif LZ sendiri demi menaikkan pamor dan mencari simpati dikalangan santri dan khususnya orang2 NU yang jumlahnya berjuta-juta. Hal ini juga yang sering aku dengar dari orang dalam yang sebetulnya gak sepakat kalau film itu harus pakai bawa2 nama NU dan ada endorse Kiai Said. Kalau hal ini benar PBNU harus berani bikin press conference, bagaimana sebetulnya project film “The Santri”, sejauh mana keterlibatan PBNU dan NU Channel??. Hayo jujur aja, mbak LZ juga harus jujur ya. Bukankah karya film yang baik itu adalah karya film yang dibuat dengan jujur. Jujur segala-galanya.. bukannya bermaksud menggurui, tapi hanya sekedar mengingatkan.. hehehee.
Fatalnya lagi kenapa juga harus menyodorkan nama Kiai Said sebagai Executive Produser yg notabene adalah orang yang membiayai produksi film tersebut. Harap diketahui ya. Produser dan Executive Produser itu beda. Executive Produser itu investor alias pemilik modal. Produser belum tentu punya duit, tapi dia bisa nyariin duit. Orang awam banyak yang masih salah kaprah memahami ini. Tapi orang2 yg berkecimpung di dunia kreatif khususnya film pasti paham. Bahwa EP adalah orang berduit.
Yang sekarang terjadi, trailer film yg sudah tayang di youtube (yang filmnya sendiri entah kapan jadinya) menjadi bahan cacian dan sasaran empuk untuk menyerang NU oleh pihak2 yg memang sudah tidak senang sama NU dari dulu. Terlebih ada nama Kiai Said sebagai Executive Produser yang kemudian membuat orang berpikir yg tidak-tidak dan memang sah-sah saja sih. “Wah gila ya, PBNU duitnya banyak, Kiai Said kaya raya”.. “duitnya dari mana?, wahh jangan-jangan..” obrolan2 gosip nyinyir yang masuk sampai ke grup WA Rukun Tetangga.
Disisi lain, terdengar kabar bahwa budget produksi film itu memakan biaya Puluhan miliar, proposal filmnya sudah dibaca beberapa orang yang kalau dilihat total budget produksinya bikin jiwa filmmaker kere seperti saya ini langsung menangis meronta-ronta. Pertanyaannya kemudian, Budget sebesar itu mau bikin apa??. Budget produksi film “The Santri” jelas jauh diatas budget produksi “Bumi Manusia”. Kalau mau tau berapa budget Bumi tanya aja ke PH Falcon. Asumsi dan opini ini yang harus diluruskan!. Padahal ha mbok aku yakin, PBNU, Kiai Said maupun NU Channel gak sekaya yg mereka kira apalagi sampai urusan invest ke film. Kalaupun film “The Santri” jadi dibikin dgn budget segitu. Mungkin film itu akan jadi film Indonesia termahal sepanjang sejara sinema Indonesia. Ini harus dicatat dalam rekor MURI. 😂😂😂
Yang bikin saya risau kemudian adalah Jika nanti beneran ada orang kaya invest dengan budget segitu, dan dia yakin kalau duitnya pasti akan balik. Lalu ternyata kemudian filmnya jeblok gak laku, sedangkan LZ sudah menjamin bahwa filmnya akan laku karna ada nama NU dibelakangnya. Siapa yang mau tanggung jawab?. Mau ditaruh mana nama besar NU?. Emang beneran NU bisa jamin filmnya akan laku?. Dulu aja ada film yang pernah diwajibkan oleh PBNU untuk dinonton umat NU ternyata filmnya juga gak laku. Kalau gak laku trus investornya nuntut duitnya balik, NU bisa apa?. Harap dicatat ya, penonton film Indonesia sekarang sudah pinter2, bisa bedain mana film bagus mana film jelek. Gak ada jaminan di endorse NU filmnya akan box office. Jadi gak sesederhana itu broo. Apalagi hanya sekedar silau sama embel2 holiwud dan Oscar!!.
Disisi lain, orang2 macam mbak LZ ini bikin investor film kapok gak mau lagi invest film, padahal bisa jadi dia adalah investor yang memang passion di film dan baru saja menapaki industri film, sialnya kita2 yang niat mau bikin film bener, investornya sudah kabur duluan gara2 mbak LZ. orang2 macam mbak LZ ini bikin rusak ekosistem yang sudah dengan susah payah kita bangun dengan berdarah-darah. Mbak LZ emang gak pernah sih ngerasain gimana susahnya kita di Indonesia bangun ekosistem perfilman. Karna mbak LZ emang lama tinggal di Holiwud kumpul sama sutradara2 peraih Oscar yang hidupnya sudah pada mapan!.
Menurutku dan menurut beberapa orang dalem PBNU, memasang nama Kiai Said sebagai EP dalam film tersebut hanyalah strategi Livi Zheng buat nyenengin Kiai Said demi melancarkan ambisi dia untuk bikin film itu. Menjual nama Kiai Said dan PBNU agar proposal filmnya mendapatkan investor. Jabatan EP yang sekilas keren, tapi sesungguhnya bikin urusan jadi tambah runyam dan multitafsir.
Sekarang filmnya belum jadi, baru rilis trailer sudah ribut. Banyak yg menentang segala bentuk adegan dan visualisasi yg dianggap salah kaprah menerjemahkan kehidupan santri dan pesantren. Mengenai pengadeganan dan visualisasi yg ada di dalam trailer, sebetulnya secara sekilas kita bisa melihat bagaimana kecerdasan dan pemahaman sutradara terhadap dunia santri. Livi Zheng dalam hal ini jelas musti banyak riset, ngobrol, ngopi-ngopi kalo perlu nginep di pesantren agar tidak salah kaprah!. Apalagi soal urusan percintaan santriwan-santriwati seperti yg tergambar dalam trailer.
Kalau ambisi dia hanya ingin mendapatkan penonton banyak, dengan kisah2 drama cinta remaja ecek-ecek kurasa gak perlu juga pakai tema santri. Masih banyak yang lain. Soal ini, cari ide sendiri aja. Masak ya harus dikasih tau juga?.
Intinya nama besar NAHDLATUL ULAMA terlalu sakral hanya untuk memfasilitasi ambisi pribadi demi meraih simpati. Apalagi hanya untuk urusan kisah cinta drama remaja ecek-ecek remeh temeh seperti yang sering kita lihat di cerita-cerita sinetron dan FTV. Masih banyak hal yang lebih penting yang bisa dilakukan oleh PBNU selain urusan bikin film yang filmnya sendiri entah kayak apa jadinya?. Mbok ya oo. Jangan mudah silau apalagi gumunan gara2 ada embel-embel “tembus holiwudd” “masuk Oscar”.. sebagai kalimat penutup, intinya: PBNU jangan mau dimanfaatin kalau ujung2nya malah dijerumusin..
Dari saya yang sangat mencintai
Nahdlatul Ulama
Tulisan tersebut merupakan Opini dari seorang sutradara bernama Yuda Kurniawan terkait film “The Santri” yang diambil dari Status FBnya disini.
Mungkin perlu ditunggu dulu ketika tayang, dilihat secara keseluruhan isi Film tersebut terlebih dahulu.
Tulisan asal jeplak. Sudah liat konfrensi pres trailer the Santri belum? Justru BPNU meminta LIVI jadi sutradara. Santri mana ini orang? Kok main nuduh?
Wkwkw.. makanya, ini perlu ditelaah. Orang film belum rilis juga kog udah menghakimi secara keseluruhan