Al Faatihah sebagai Ummul Qur’an / Ibu dari Al Qur’an memang sebuah surat pendek yang mengandung banyak makna. Bahkan, kita diwajibkan 17 kali membacanya (dalam sholat). Sangking begitu banyak makna yang terkandung, dan betapa pentingnya surat Al Faatihah bagi kita ummat Islam, ada banyak tafsir yang telah membahasnya dari sudut pandang yang berbeda-beda. Namun, kali ini saya berbagi sedikit makna cuplikan ayat dari surat Al Faatihah yang saya dapat dari ngaji bersama KH. Baidloi Muslich tadi ba’da Isya (12/08/2018) ketika membahas kitab Bidayatul Hidayah.
Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in – Na’budu dan Nasta’in memiliki banyak makna dari setiap perspektif yang berbeda. Berikut sedikit yang bisa saya catat disini.
Makna Na’budu
Na’budu berarti kita sebagai hamba Allah SWT harus beribadah kepada-Nya dengan menjalankan segala perintah-Nya. Ibadah Dhahiriyah, seperti Sholat, Zakat, Puasa, haji, dll. Ibadah yang menggunakan raga kita untuk berserah diri kepada-Nya.
Makna Nasta’in
Memohon pertolongan kepada Allah SWT secara bathiniyah, menggunakan hati. Bah kita sebagai hamba sadar, faham, yakin bahwa segala apa yang bisa kita lakukan (seperti saya menulis disini, dan anda membaca tulisan ini) tidak lain adalah berkat pertolongan Allah SWT.
Antara Na’budu dan Nasta’in
Keduanya memiliki peran dalam membawa kita kejalan yang lebih baik. Jadi harus seimbang dan tidak hanya sebagai bacaan wajib sebanyak 17 kali, namun harus bisa bersinergi dengan segala macam aktifitas dan kegiatan yang kita lakukan didalam hidup ini.
Demikian catatan yang saya dapat. Sedikit memang, namun semoga bisa memberikan manfaat bagi saya yang menulis dan anda yang sedang membaca.