أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ
Artinya, “Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad (berjuang) melawan dirinya sendiri dan hawa nafsunya”.
Saat ini tengah gencar-gencarnya membahas kemerdekaan. Hampir setiap saat kita membuka sosial media, yang nampak adalah moment kemerdekaan. Maka saya pun tak boleh ketinggalan, Republik Somplakers turut merayakan dengan sepenuh hati akan Kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia.
Berdasarkan hadis tersebut di atas, saya memcoba mengutarakan hakikatnya kemerdekaan dalam sudut pandang Republik Somplakers. Lantas apa hubungannya hadis tersebut di atas dengan hari kemerdekaan?. Untuk menjawab itu saya ingin bertanya, kita semua tanpa terkecuali, apakah sudah merasa merdeka secara total atau belum?.
Sebagai penghormatan kepada para pejuang, para kyai, para syuhada’, saya katakan ya, kita sudah merdeka. Namun kemerdekaan yang kita dapat sampai saat ini masih sebatas kemerdekaan dhohir, kemerdekaan jasmani. Sebagaimana kita ketahui bersama, sudah tidak ada lagi penindasan bangsa lain untuk Indonesia. Tidak ada kerja rodi, tidak ada perbudakan, tidak ada perang dan penahanan. Kita merdeka dalam pandangan mata dhohir.
Namun dilain hal, dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ada kalimat yang berbunyi, “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan”.Pertanyaan mendasar, ini Undang-Undang Dasar milik negara Indonesia, dibuat di Indonesia, dilegalkan di Indonesia dan berlaku hanya di Indonesia. Yang jadi permasalahan kok terlalu hiperbola leluhur kita dengan mengatakan “…kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,”. Kenapa para pendahulu kita tidak menuliskan “kemerdekaan itu adalah hak Bangsa Indonesia”. Tidak cukup sampai disini, kalimat tersebut masih dilanjutkan lagi kalimat “penjajahan diatas dunia harus dihapuskan”. Ini tentu dalam kaca mata saya lebih luas dan lebih tinggi lagi maknanya. Ini untuk Indonesia kok ngomong penjajahan di atas dunia, seharusnya kan cukup “penjajahan diatas tanah Indonesia”. Lha ini apa maksudnya?.
Di lain kesempatan, Presiden pertama kita, Soekarno pun juga pernah mengatakan, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, tapi perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Setiap orang berhak menafsirkan segala sesuatunya sesuatu pola pikirnya. Dan dalam pemahaman saya, artinya ada penjajah yang lebih kejam dari Sekutu, Belanda, Jepang, dan lain sebagainya, sehingga Soekarno mewanti-wanti bahwa kita akan melawan bangsa sendiri.
Dari ketiga hal tersebut, Hadis Nabi Muhammad seperti yang tertuang di atas yang berarti perang yang paling utama adalah melawan hawa nafsu dan kemauan hatinya, juga dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 194545 dikatakan “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan” karena memang penjajah yang satu ini sifatnya universal, menyerang setiap bangsa, maka tidak salah jika dikatakan “penjajahan di atas dunia” yang artinya gembar-gembornya kemauan hati ini harus dihapuskan, karena ini tidak menyerang satu bangsa namun seluruh bangsa apapun yang ada di dunia ini, dan tak lupa Soekarno pun turut berwasiat, bahwa kita akan melawan bangsa kita sendiri, mengapa?. Karena Soekarno paham bahwa kita belum merdeka secara utuh, kita masih terjajah oleh nafsu angkara murka, oleh kemauan diri yang dipaksakan, oleh egonya masing-masing, oleh perasaan lebih dari yang lainnya, dan segala penyakit hati lainnya yang tentu hal itu akan menimbulkan perpecahan diantara ita.
Ada kegiatan apapun di lingkungan RT, tidak pernah hadir. Ada acara di lingkungan maupun di masjid-masjid, juga tidak kelihatan batang hidungnya. Ronda keliling untuk kepentingan bersama juga selalu absen, namun giliran rumahnya kemalingan baru teriak2 ke tetangga.
Kembali lagi pada pertanyaan semula, apakah kita sudah merdeka?. Jawabnya iya secara dhohir, namun fleksibel, relatif secara batin, tergantung masing-masing individu. Bagi mereka yang bisa mengontrol hatinya, insya Allah sudah merdeka secara penuh, namun bagi mereka yang masih diliputi rasa iri sama tetangga, dendam, dan lain sebagainya, sudah pasti dia belum medeka secara batin. Mau pergi kesana, eh disana ada si A, ndak jadi lewat. Mau lewat sini, oh disini ada si B, ndak jadi lewat lagi. Ini kan contoh orang-orang yang terjajah secara mental, terjajah secara batin.
Nah, momen kali ini, saya bersama Republik Somplakers mengajak, mari kita sama2 jadikan momen ini untuk memerdekakan diri secara dhohir maupun batin, secara jasmani maupun rohani. Mari kita lapangkan dada, jangan lagi ada perasaan2 yang tak menentu pada saudara kita, iri hati, egoisme, merasa paling kaya, paling penting, dan lain sebagainya.
Mari kita jadikan peringatan kemerdekaan ini sebagai ajang untuk membersihkan diri. Wujud dari merdekanya kita secara dhohir maupun batin adalah semakin erat dan kuatnya rasa persatuan dan kesatuan kita, semakin kokohnya rasa persaudaraan kita.
Tulisan tersebut disadur kembali dari blog www.republiksomplakers.wordpress.com
Prie
28 Mei 2018