وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” – QS. Al Baqarah 148
Berbicara terkait dengan kebenaran sudah seharusnya tidak dinilai hanya dari pendapat diri sendiri, karena jika seperti itu adanya makan akan sangat sulit bahkan tidak bisa menjadi sebuah kebaikan untuk orang lain.
Kebenaran yang datang hanya dari diri sendiri belum tentu menjadi kebaikan. Maka jangan terpaku dengan kebenaran pribadi, harus dipadukan dengan kebenaran yg lain agar muncul sebuah kebaikan yang dapat diterima oleh manusia lainnya.
Misal dalam suatu kamar pesantren ketika malam tiba menjelang tidur, kita suka dengan lampu dimatikan dan kita membenarkan itu, namun belum tentu teman sekamar juga berpendapat demikian. Ada yang menyukai gelap dengan dimatikannya lampu, namun malah ada yang tidak bisa terpejap mata jika tak ada cahaya. Jika kedua belah pihak tetap bersikukuh dengan kebenaran masing-masing dan tidak mau mencari jalan kebaikan, maka yang ada hanyalah sebuah pertengkaran.
Kebenaran menurut sendiripun tidak mesti semuanya disebar luaskan. Misal, seorang Arsitektur mengetahui kebenaran sekian banyak rumus, teori, ilmu terkait dengan pembangunan sebuah gedung, namun yang pelu ditampakkan ke masyarakat adalah kebaikannya saja berupa bangunan yang sudah jadi itu sendiri karena belum tentu masyarakat akan menerima sekian banyak teori arsitek tersebut.
Seorang programmer aplikasi yang mempunyai pelanggan. Walaupun programmer tersebut mengetahui sekian banyak metode, kode program sekian juta baris, dan lain sebagainya, namun yang perlu disampaikan ke pelanggan tersebut bukanlah kebenaran berupa metode-metode itu, melainkan sebuah kebaikan berupa aplikasi yang sudah jadi.
Bukan Kebenaran yang Harus Dilombakan, Tapi Kebaikan.
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ – Berlomba-lomba dalam kebaikan. Bukan berlomba dalam kebenaran. Kita sebagai ummat manusia mempunyai parameter kebaikan masing-masing. Sepertihalnya kasus di kamar santri diatas, juga misal kebenaran berupa calon pemimpin semua memiliki kebenarannya masing-masing, dan ini tidak selayaknya dilombakan karena hanya akan menimbulkan problematika.
Yang perlu dilombakan adalah ‘kebaikan’nya, membangun sebuah daerah bersama-sama, berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat luas, dan lain sebagainya.
Kebenaran -> Kebaikan -> Keindahan.
Ke tiga hal tersebut merupakan satu sistem yang tak mungkin berdiri sendiri, saling terkait satu sama lain. Tak ada suatu keindahan tercipta tanpa adanya kebaikan, tak ada suatu kebaikan tanpa dilandasi oleh kebenaran.
*Sekedar sedikit catatan Ngaji Bareng Cak Nun, Malang 1 Juni 2018.