Berapa hari ini, di grup-grup whatsapp diramaikan video tentang cetakan mushaf Alquran “yang mau menyesatkan…”. kemudian video ini diminta untuk dibagikan untuk menjaga agama Islam. Cetakan mushaf ini nampak beda dengan cetakan mushaf Alquran pada umumnya yang dipakai oleh masyarakat Muslim di dunia, termasuk di Indonesia. Lalu bedanya bagaimana?
Bedanya dari segi titik, pada cover tertulis (al-Fur’an al-Karim) begitu dibaca oleh perekam video, karena huruf QAF yang biasanya ditulis dengan dua titik di atas, di mushaf itu ditulis dengan satu titik, maka “dikira” itu huruf FA’. Begitu juga pada contoh-contoh lain di awal surat al-Baqarah: (wa yuqimun al-shalat/wa yufimun al-shalat), (la raiba fih, tidak ada titik di atas huruf FA’). Apakah ini sebuah kesalahan dalam penulisan Alquran?
Persoalan tanda baca, titik, harokat/syakal dalam penulisan Alquran dibahas dalam ilmu Dhabth. Ilmu yang membahas tentang tanda-tanda yang ditambahkan pada huruf-huruf mushaf serta cara penulisannya.
Mushaf Alquran yang ditulis pada masa sahabat Utsman bin ‘Affan tidak terdapat :
- titik pada huruf
- harokat / syakal pada huruf
- tidak ada angka / nomor ayat
- tidak ada nama surat
- tidak ada tanda waqaf
- tidak ada tanda-tanda lain seperti tanda juz, hizib, sujud/sajdah dll.
Abu al-Aswad al-Du’ali disebut oleh ulama sebagai orang pertama yang menambah titik-titik pada huruf mushaf. Tapi titik tersebut untuk mengetahui i’rab akhir kata, maka dikenal dengan (nuqath al-i’rab). Sedangkan Yahya bin Ya’mar dan Nashr bin ‘Ashim disebut sebagai ulama yang menambahkan titik untuk membedakan antara huruf yang tulisannya mirip (nuqath al-ai’jam), seperti ba’, ta’, dan tsa’. Pada perkembangannya, titik i’rab dirubah bentuknya menjadi fathah, dhammah, kasrah yang kita kenal sekarang.
Nah, antara ulama islam di wilayah timur (masyriq) dan wilayah barat (maghrib) terdapat perbedaan yang menjadi kekhasan dari masing-masing mazhab. Di antaranya, huruf FA’ ditulis dengan satu titik di bawah huruf, sedangkan QAF ditulis dengan satu titik di atas huruf. Yang perlu ditegaskan bahwa bacaannya tetap sama.
Ada beberapa rujukan standar untuk ilmu ini, di antaranya al-Thiraz fi Syarh Dhabth al-Kharraz karya al-Tanasi.
Ini belum persoalan perbedaan cetakan mushaf pada riwayat/qira’at (dugaan saya, mushaf itu menggunakan riwayat imam Warsy dari qira’ah imam Nafi’), tanda waqaf, rosam, dan model khath.
Jadi, jika kita tahu ilmunya, maka mushaf tadi tidak menyesatkan umat Islam. wallah A’lam
https://www.facebook.com/abdoel.halim.5/videos/2106294429381803/
–> Al Qur’an Berbeda Yang Dianggap Menyesatkan dan Penjelasannya
* Artikel disadur dari Ustadz Abdul Jalil Muhammad.
Baca Juga penjelasan terkait tentang Mushaf Al Qur’an Tanpa Juz Yang Sering Dianggap Salah.